“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah sanggup menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan mengingkari (nikmat Allah)” (QS. Ibrahim: 34).Kalau jumlah kenikmatan yang kita dapat setiap hari dikurangi dengan jumlah rasa syukur kita kepada Pemberi kenikmatan, sudah pasti kita berhutang banyak. Selisihnya sangat jauh. Sangat sedikit rasa syukur kita kepada Allah, sedangkan kenikmatan kita terima berlimpah. Namun ada juga di antara kita yang kufur nikmat atau tidak menyukurinya. Tanda-tanda orang yang tidak mensyukuri kenikmatan atau bahkan kufur nikmat, menurut Imam al-Ghazali, tidak cukup dilihat dari keengganannya mengucapkan “alhamdulillah”. Tetapi juga karena menggunakan kenikmatan pada jalan-jalan yang tidak diridhai Allah. Kenikmatan pikiran sehat, misalnya, banyak dicurahkan oleh orang yang kufur nikmat untuk memikirkan hal-hal yang tak diridhai Allah. Ini jelas bertolakbelakang, sehingga pantas dikatakan manusia tak pandai bersyukur. Sebab, fungsi utama dari kesehatan pikiran sebagai salah satu kenikmatan adalah membantu dalam beribadah kepada Allah sekaligus dalam berbuat amal shalih lainnya. Oleh karena itu, sepatutnya kita menyadari bahwa terlalu banyak kenikmatan yang tak terbayar oleh rasa syukur kita. Sehingga kita perlu berterimakasih sebanyak-banyaknya
Koesplus Lagu Lawas Kr. Pertemuan